Pelatihan Menulis Buku Ajar dengan Book Readiness Level
[Kamis, 9 November 2023] Tahukah kita, bahwa ada persamaan atara soto Lamongan dengan buku ajar. Pembuat Soto Lamongan tidak musti memelihara dan menanam bahan pembuat soto, begitu juga dosen tidak musti memiliki apa yang akan ditulis di buku ajar. Artinya bahan pembuat soto bisa dari mana saja begitu juga bahan dari buku ajar yang bisa dari mana saja asalkan ada pengakuan atau sitasi. Soto bisa dinikmatin siapa saja, buku ajar juga dinikmatin siapa saja. Kemudian soto dan buku ajar bisa dijual dimana saja. Jika ada laba dari penjualan, pemilik soto Lamongan kembali ke daerahnya untuk membagikan rezekinya di tempat kelahirannya. Sedangkan dosen yang menulis buku ajar juga akan memberikan manfaat kepada universitasnya.
Begitulah pesan yang disampaikan Prof. Dr. Muji Setiyo, S.T., M.T., pembicara pada pelatihan penulisan buku ajar yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Universitas Tidar pada 9 November 2023 di Hotel Kasuari Trasan Magelang. Beliau juga menjelaskan bahwa untuk menulis buku itu sejatinya semakin meningkatkan pengetahuan. “Jangan takut salah atau malu. Tulislah satu demi satu. Cobalah membaca kembali tesis kita dulu, pasti malu. Kenapa? Karena pengetahuan kita meningkat. Jadi jangan malah tidak menulis buku. Makin seringlah menerbitkan buku sehingga bakal makin bagus buku kita.”
Dalam merencanakan penyelesaian penulisan buku ajar, Prof Muji memamparkan konsep Book Readiness Level yang berisi daftar yang harus dikerjakan oleh dosen. Daftar tersebut bertujuan untuk menyelesaikan buku dengan merencanakan waktu pengerjaan, bukan pengerjaan per bab karena akan lebih banyak gagalnya. Daftar rencana pengerjaan tersebut yang harus dikejar dikerjakan antara lain (1) Ada hasil penelitian yang valid (teruji kebenarannya), dengan argumen ilmiah yang memadai (menunjukkan kebaruan atau keunikan cara analisis dibandingkan dengan penjelasan-penjelasan di jurnal-jurnal atau buku-buku terkini, (2) Draf buku telah memasukkan hasil penelitian atau temuan penelitian yang valid disertai argumen ilmiah yang memadai dalam bentuk bab atau studi kasus, (3) Draft buku sudah berbentuk bab-bab yang disusun berdasarkan body of knowledge yang utuh sebagai sumber belajar (buku ajar) atau sebagai sumber referensi (buku referensi), (4) Draf buku memiliki isi yang memadai (setara dengan 200 halaman atau sekian halaman yang ditulis dahulu pada kertas berukuran A4, bukan langsung berukuran buku, supaya lebih termotivasi), (5) Draf buku yang telah menunjukkan keunikan (daya beda) dibandingkan dengan buku-buku yang telah ada, (6) Draf buku telah dilakukan pemeriksaan similarity dan telah dipastikan bebas plagiasi, (7) Draf buku sudah di-review dan ada bukti review-nya, (8) Draf buku telah memuat daftar referensi yang akuntabel dan relevan, (9) Draf buku telah dilengkapi dengan daftar isi (dengan menu Reference di Ms Word), (10) Draf buku telah dilengkapi dengan kata pengantar, (11) Draf buku telah dilengkapi dengan Glosarium, (12) Draf buku telah dilengkapi dengan indeks (tanpa nomor halaman, nomor halaman akan diisikan oleh penerbit), (13) Draft buku telah dilengkapi dengan profil penulis (narasikan, memuat nama lengkap dan gelar, tanggal lahir, dan foto), dan (14) Draf buku telah dilengkapi dengan sinopsis atau ringkasan atau blurb yang menarik bagi calon pembeli.
Saat menulis buku ajar, dosen harus mengetahui dimana posisi buku ajar sebenarnya dalam pencapaian pembelajaran. Kita mengetahui bahwa ada Capaian Pembelajaran Lulusan yang diturunkan menjadi Capaian Pembelajaran Mata Kuliah lalu diturunkan menjadi Rencana Pembelajaran Semester (RPS), nah di sinilah posisi buku ajar sebenarnya yang menjadi standar proses pembelajaran.
Saat memulai menulis buku ajar, setidaknya ada 3 model yang bisa kita pilih yaitu (1) buku ajar yang ingin meningkatkan pengetahuan saja, (2) buku ajar yang ingin meningkatkan skill atau kemampuan analisis, dan (3) buku ajar yang mengkombinasikan model pertama dan kedua di atas. Contoh penulisan buku ajar pada model pertama adalah antar bab-nya tidak saling berkesinambungan, sehingga pembaca bisa memulai membaca dari bab manapun tanpa harus urut dari bab pertama. Namun pada model kedua, antar bab saling berkesinambungan, harus dibaca urut dari bab pertama baru membaca bab selanjutnya sampai bab terakhir.
Pada pelatihan ini, setiap dosen diharapkan menulis buku ajar yang akan diproyeksikan untuk diterbitkan pada 2024 mendatang di Tidar Press sebagai penerbit resmi Universitas Tidar.
Tips terakhir dari Prof Muji bagi dosen adalah jangan menulis isi buku dahulu baru mengira-ira apa capaian pembelajarannya, pasti dijamin bingung, namun dosen harus tahu dimana letak posisi buku ajar dalam pencapaian pembelajaran, barulah menulis buku ajar.






