Format Penulisan Skripsi Untidar Belum Seragam

[Rabu-Kamis, 13-14 Desember 2023] Tiap kali mengecek serah simpan skripsi calon wisudawan, selalu saja berbeda aturan main tata letak skripsinya. Tidak sedikit yang ngeles, “Kakting [kakak tingkat] dulu githu e, Pak.”

Pustakawan Untidar punya ide. Dengan menghadirkan enam puluhan mahasiswa yang didominasi mahasiswa semester akhir berkumpul di lantai dua Perpustakaan Untidar. Kami berikan materi mem-PDF-kan Skripsi biar seragam dan rapi. Pasalnya, skripsi atau tugas akhir akan diunggah di laman repositori Untidar dengan alamat repositori.untidar.ac.id yang akan dibaca oleh masyarakat secara online, kapan pun, di mana pun, asal terhubung internet. Hadirnya reppsitori ini, bertujuan agar hasil penelitian mahasiswa bisa langsung berdampak bagi masyarakat luas dengan dimanfaatkan maupun sekadar dikutip untuk referensi penelitian berikutnya. Sehingga PDF skripsi haruslah rapi dengan dibumbuhi bookmark dan watermark dengan layout yang senada antar program studi.

Menurut pembicara pertama, yang juga alumni Untidar, Madya Tantri Hapsari, tiap tahun pasti ada permasalahan teknis yang baru bagi mahasiswa, mulai hanya sekadar sulit menemukan aplikasi untuk memberikan bookmark, ada pula yang kesulitan mengubah nama font pada nomor halaman.

“Harapannya, kami akan meresmikan panduan yang bisa menjadi pedoman bagi setiap program studi untuk menyeragamkan skripsi,” tutur ketua panitia, Dicki.

Tak lupa, Windi Mega Saputri, menemukan aplikasi yang digunakan mahasiswa pun beragam, tidak hanya Ms Word atau Foxit PDF, tapi ada yang memakai WPS, sehingga perlunya standarisasi bagi pustakawan dalam menentukan pedoman supaya memahami aplikasi-aplikasi lainnya. pkplay barajitu pendislot gegergacor gedungslot gegerjitu

Ingin Menjadi Perpustakaan Percontohan, Empat Pustakawan Belajar Preservasi di UNS Surakarta

[Surakarta, 4-7 Desember] Target Perpustakaan Untidar adalah menjadi perpustakaan percontohan bagi perpustakaan lain. Satu di antaranya adalah dengan menerapkan praktik preservasi koleksi dengan baik di Perpustakaan Untidar.

Apakah ada yang tahu apa itu bleaching? Enkapsulasi? Mending? Istilah-istilah ini memang jarang kita dengar. Namun bagi pustakawan tentunya menjadi hal lumrah untuk mengetahuinya. Bagi pustakawan yang belum memahami bahkan belum pernah mendengarkannya, maka boleh belajar bersama kami di Perpustakaan Untidar.

Untidar kerap kali belajar preservasi dan akan terus belajar preservasi. Beberapa hari lalu, kami selesai mengikuti kegiatan Preservasi Bahan Pustaka Berbasis Kemandirian yang dilaksanakan secara daring dan juga luring oleh Perpustakaan UNS Surakarta dan ISI Surakarta pada 4-7 Desember 2023 lalu. Kegiatan ini dilaksanakan di ruang Werkudara Perpustakaan UNS Surakarta dengan pembicara Dinar Puspita Dewi, S.Sos., M.IP dan M. Ali Nurhasan Islamy, S.Sos., M.A. Perpustakaan Untidar mengirimkan empat tenaga kependidikan untuk hadir di acara tersebut.

Kegiatan ini berlangsung selama 32 jam dengan durasi waktu 4 hari. Kegiatan ini diikuti oleh kurang lebih 51 peserta yang terdiri dari pustakawan sekolah, pustakawan perguruan tinggi dan juga perpustakaan daerah. Pelatihan pada hari pertama dilaksanakan secara daring dengan materi mengenai pelestarian fisik bahan pustaka, perawatan, dan perbaikan bahan perpustakaan. Pada hari kedua dilaksanakan kegiatan preservasi naskah kuno dan digitalisasi bahan pustaka. Pada hari ketiga dilaksanakan praktik dan materi lanjutan mengenai pelestarian fisik bahan perpustakaan dan perawatan bahan pustaka yang terdiri dari kegiatan bleaching, enkapsulasi, mending (tambal-menyambung), dan kegiatan penjilidan bahan pustaka. Dan di hari terakhir dilakukan preservasi naskah kuno dan proses digitalisasi bahan pustaka menggunakan mesin scanner maupun menggunakan foto digital kemudian hasil akan dilakukan bookmark dan juga watermark untuk memudahkan pencarian informasi dalam koleksi yang berbasis digital.

“Kami siap memberikan contoh praktik preservasi kepada pustakawan lain di regional Kedu. Kami telah mengajukan pengadaan bahan dan peralatan untuk mendukung praktik kerja kami pada tahun depan. Namun satu materi yang belum kami kuasai, harapannya ada pelatihan tentang penjahitan dengan mengebor untuk menjilid ulang buku, sekaligus menyediakan vendor untuk kami beli alat kerja tersebut,” tutur Siti Muyasaroh.